Pria Paruh Baya Yang Kutemui Di Train

Tidak ada yang sia sia ketika kamu bersikap ramah. Karena pelajaran hidup bisa diambil dari siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Di dalam KTM menuju TBS, saya ditegur seorang pria paruh baya yang masih tampak gagah. "Dek, itu tasmu turunkan. Karena di kereta ini kamu hanya membayar kursi untuk dudukmu saja, tidak untuk tempat duduk tasmu kan?" tanyanya tegas yang langsung duduk di sampingku.

Kaget campur kesal ada, tapi yang namanya berhadapan dengan orang tua sudah barang tentu rasa hormat perlu dijaga. Jadi, ya cuma balas dengan senyum saja.

Tidak selesai di situ rupanya, beberapa hal tentang kedisiplinan terus dia utarakan lagi lagi saya cuma bisa senyum senyum. Namun wajah sangarnya berubah seketika saat tahu bahwa saya asli Indonesia. "In..do..ne..siaaaa. Hahaha. Saya pernah ke sana, ke Jogja, Semarang, Bogor, Bandung, Madiun, Bali, beberapa kota di Kalimantan dan Pekan Baru. Kamu Indonesia bagian mana?" tawanya memecah suasana tegang di antara kami beberapa saat yang lalu.

"Oh, hehe benarkah? Saya Bandung, Pak."

"Mmm.. Bandung ya, saya paling suka dengan sepatu Cibaduyut, makanan paling enak ya Nasi Uduk, wisata Gunung Tangkuban Perahu dan tempat pemandian air panas..."

"Ciater, Pak?" saya asal menebak.

"Ya, Ciater Highland Resort. Hahaha" Beliau selalu menyelipkan tawa di setiap katanya. Mungkin perasaan senang bisa mengenang masa lalu.

"Wah, hehe. Itu mah gak jauh dari rumah saya. Kok bisa?"

"Begini, dek. Dulu saya pasukan Askar Malaysia (TNI kalau di Indonesia), panglima beserta kami turun ke Indonesia jaman jamannya Komunis. Wah, saya pernah tuh ngerasain di arak kereta kuda kerajaan Jogja, rapat batalion di pusatnya Semarang, terus naik bas ke kota Madiun. Eh, maksud saya Bis, di Bahasa Indonesia kan gak ada istilah Bas ya kan? Ahaha saya masih ingat itu."

Saya cuma manggut manggut tersenyum, pantas dari tadi berasa dihakimi terus, pensiunan TNI ternyata. Sebenarnya mau cerita lebih banyak dengan beliau berhubung beberapa menit lagi sampai di Stasiun jadi disingkat dengan pertanyaan, "Bapak dari mana mau ke mana?"

"Saya selesai mengunjungi putri saya yang lagi belajar, mampir sebentar ke Central Market untuk membeli beberapa bahan kerajinan. Yah, cuma itu yang bisa saya kerjakan setelah pensiun."

"Senang bisa bertemu dengan Bapak, tapi saya sudah harus turun. Semoga bisa kembali ke Bandung." Saya bergegas membereskan barang bawaan.

"Oh iya Dek." Tegurnya, saya menoleh. "Kalau di Bandung kita ketemu lagi, bersiaplah untuk traktir saya belanja."

"Insya Allah." jawabku dengan senyum yang menutup perjumpaan singkat kami.

Pria Paruh Baya Yang Kutemui Di Train Pria Paruh Baya Yang Kutemui Di Train Reviewed by Hanum on February 26, 2017 Rating: 5

4 comments:

  1. Wah senangnya sedang stay di malaysia kah?

    ReplyDelete
  2. Sayang hanya sebentar, seperti BWku...rasanya masih kurang. A Good trip with Good report

    ReplyDelete
  3. Sayang hanya sebentar, seperti BWku...rasanya masih kurang. A Good trip with Good report

    ReplyDelete

Powered by Blogger.